anak makan

Ternyata Ini yang Sebabkan Anak Terobsesi dengan Makanan

Punya anak lahap makan memang cita-cita kebanyakan orang tua. Sebab, Anda tidak perlu lagi khawatir dengan gizi anak, anak susah untuk makan, atau bahkan anak tidak suka makan sayur. Selain itu, anak yang doyan makan pun pasti membuat hidup Anda lebih ringan. Namun, bagaimana jika anak terlalu lahap makan hingga terobsesi pada hidangan apa pun yang Anda berikan?

Anak dengan nafsu tinggi mungkin saja membuat Anda khawatir ia mengalami kegemukan atau obesitas. Di samping itu, anak yang terobsesi dengan makanan juga acap kali punya kontrol yang tidak terlalu bagus.

Untuk itu, yuk, cari tahu dulu apa yang menyebabkan anak terobsesi dengan makanan.

  • Tidak ada jadwal makan. Rupanya, tidak memiliki jadwal jam makan adalah penyebab pertama dari sifat obsesif anak pada makanan. Menurut situs crystalkarges.com, hal ini dipicu oleh perasaan tak tenang dan tak percaya pada makanan juga proses makan. Selain itu, tidak ada jadwal jam makan juga berarti anak mungkin memahami jika ia bebas makan apa pun dan kapan pun itu. Alhasil, kontrol makan anak menjadi lepas.
  • Bahasa konotatif orang tua. Bagaimana Anda memperlakukan makanan di depan anak Anda? Apakah penuh dengan kasih sayang? Ataukah dengan memakai bahasa dan gerak-gerik yang konotatif (atau negatif)? Jika Anda tipe yang kedua, maka inilah salah satu sumber sifat obsesif anak pada makanan. Pasalnya, kata-kata seperti “Hanya ini saja makanananmu,” atau “Jangan cari makanan yang lain,” dapat dipahami anak sebagai sesuatu yang mungkin tak akan diperolehnya lagi suatu saat nanti. Jadinya, secara alami anak akan merasa harus menghabiskan makanan di hadapannya—kemudian lama-kelamaan tumbuh sifat obsesif pada makanan.
  • Pembatasan makanan atau pemberian program diet. Pasti Anda pernah mendengar tentang ungkapan “semakin dilarang, semakin dibuat,” untuk anak-anak. Nah, ini juga berlaku untuk urusan makanan anak. Maksudnya, ketika Anda sering melarang anak untuk makan ini dan itu, lama-kelamaan dapat menumbuhkan rasa penasaran berlebihan pada dirinya untuk mencicipi makanan “terlarang” tersebut. Pada akhirnya, anak bisa kehilangan kontrol terhadap perilaku makannya, yang mana bisa membuatnya menjadi obsesif.

Selain ketiga alasan kompleks di atas, sifat obsesif anak pada makanan juga mungkin disebabkan oleh perasaan nyaman (emotional comfort) dan senang anak pada makanan, serta ketakutan merasa lapar di kemudian waktu. Maka dari itu, kunci membenahi perilaku makan anak ini bisa dimulai dengan menggunakan strategi pemberian makan yang positif. Sehingga, anak bisa makan dengan kenyang, tumbuh dan berkembang, juga merasa cukup.

Semoga bermanfaat.