Anda yang sudah lama tinggal di Kota Jakarta, pasti sudah pernah mendengar nama Sunda Kelapa. Meskipun mungkin Anda belum tahu di mana lokasi pastinya, atau Hotel di Jakarta apa saja yang ada di sekitarnya. Padahal, sebenarnya sunda kelapa sangat erat kaitannya dengan cikal bakal terbentuknya kota ini, loh!
Sebelum membahas lebih lanjut, ada satu hal yang harus diperjelas terlebih dahulu, yaitu sunda kelapa yang akan kita bahas dalam artikel ini adalah Pelabuhan Sunda Kelapa. Sebab, nama sunda kelapa ini digunakan pada beberapa hal, seperti nama jalan, maupun masjid. Nah, tidak perlu lama lagi, yuk langsung kita bahas seperti apa sih hubungannya Pelabuhan Sunda Kelapa dengan Kota Jakarta?
Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu pelabuhan tertua di Indonesia. Pelabuhan ini sangat terkenal sejak dahulu karena lokasinya yang sangat strategis. Diperkirakan, pelabuhan ini sudah ada sejak abad ke-5 di bawah kepemilikan Kerajaan Tarumanegara. Namun, pada abad ke-12, kepemilikannya berpindah menjadi milik Kerajaan Sunda atau Kerajaan Hindu Sunda Pajajaran. Di bawah kepemilikan kerajaan inilah, pelabuhan tersebut berhasil menjadi salah satu pelabuhan paling penting di Pulau Jawa dan kemudian dinamakan Pelabuhan Sunda Kalapa.
Pelabuhan tersebut menjadi tempat perdagangan para pedagang dari nusantara maupun mancanegara. Bahkan, Portugis yang memiliki hubungan baik dengan Kerajaan Hindu Sunda Pajajaran diizinkan untuk membuat kantor dagang di areae pelabuhan tersebut. Hal ini membuat Kerajaan Demak memutuskan untuk menyerang Sunda Kaalapa karena menganggap hubungan baik tersebut akan menjadi sebuah ancaman bagi Kerajaan Demak. Pada 22 Juni 1527, akhirnya Sunda Kalapa berhasil dikuasai oleh pasukan gabungan Kerajaan Demak-Cirebon, dibawah kepemimpinan Fatahillah. Setelah penguasaan tersebut, nama Sunda Kalapa kemudian diubah menjadi Jayakarta, dan pada tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahir Kota Jakarta.
Pada saat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Demak, Belanda datang pada tahun 1596 dengan tujuan mencari rempah-rempah. Pada tahun 1610, Belanda kemudian membuat perjanjian dengan Pangeran Jayawikarta yang menjadi penguasa Jayakarta, agar diizinkan untuk membuat gudang dan pos dagang. Namun, karena keuntungan besar yang diterima oleh Belanda akibat perdagangan rempah-rempah, membuat Belanda melakukan ekspansi dan akhirnya menguasai Jayakarta. Di bawah kepemilikan Belanda, kanal pelabuhan yang semula hanya 810 meter diperpanjang hingga 1.825 meter.
Ketika memasuki abad ke-19, terjadi pendangkalan air pada area pelabuhan sehingga menyulitkan kapal untuk berlabuh. Meskipun saat itu peluangnya sangat bagus karena Terusan Suez baru saja dibuka. Kondisi ini, membuat Belanda kemudian mencari area lain yang lebih potensial dan akhirnya dipilihlah kawasan Tanjung Priok, yang saat ini menjadi pelabuhan terbesar se-Indonesia.
Saat ini, pelabuhan penuh sejarah ini dikelola oleh PT Pelindo II yang tidak disertifikasi International Ship karena hanya difungsikan untuk melayani jasa kapal antar pulau saja. Tidak hanya itu, nilai sejarahnya yang tinggi, membuat pelabuhan Sunda Kelapa dan gedung di sekitarnya dijadikan museum yang masih aktif dijadikan kawasan wisata sejarah.