Saat ini, pernikahan dengan adat Jawa mungkin sudah menjadi hal yang sangat umum. Baik adat jawa dari Yogyakarta ataukah Solo Basahan. Bahkan, untuk pasangan yang menikah di Surabaya Hotel sekalipun, menggunakan adat jawa untuk pernikahannya adalah hal yang biasa.
Mungkin, bagi kamu yang belum mengetahuinya, menganggap hal yang wajar jika pasangan yang berasal dari surabaya menggunakan adat jawa untuk pernikahannya. Toh, masih sama-sama jawa. Namun, bagi beberapa masyarakat yang paham dan kenal dengan adat asli Surabaya, pasti menyayangkannya. Mengapa? Karena ternyata kota inipun sebenarnya memiliki tradisi atau adat sendiri yang asli berasal dari kota ini, yaitu penganti pegon. Nah, daripada kamu penasaran, mending langsung saja yuk kita bahas lebih lanjut mengenai tradisi ini.
Pengantin pegon atau sering disebut dengan manten pegon, adalah sebuah tradisi yang merepresentasikan keberagaman budaya dan etnis yang ada di Surabaya. Seperti Arab, Cina, Belanda, dan juga masyarakat pesisir. Bahkan, di dalam tradisi ini kamu juga akan melihat beberapa tradisi yang mirip dengan budaya dari kota lainnya. Misalnya saja, seperti penyerahan rontek pada saat acara seserahan. Rontek ini sendiri adalah sebuah tiang yang dihias dan menyerupai tiang yang sering ada di sekitar ondel-ondel di Jakarta. Sedangkan, pada saat temu manten, akan ada pertunjukkan pencak silat yang merupakan olah raga bela diri dari Surabaya, dan juga adu parikan.
Adat manten pegon hadir dari masyarakat yang tinggal di daerah pesisir yang banyak disinggahi oleh para pedagang dari berbagai negara. Itulah alasannya adat ini seolah menggabungkan adat dari berbagai negara seperti yang telah disebutkan di atas. Selain dari penyelenggaraannya, manten pegon dapat dibedakan dengan jelas dari pakaian yang dikenakannya, yaitu:
- Wanita
Menggunakan rok panjang dan blus lengan panjang yang tidak transparan. Warna yang dipilih adalah warna yang soft, seperti kuning muda, pink, atau biru muda. Wajib menggunakan sarung tangan dengan warna yang sama dengan warna baju dan stocking sewarna kulit. Untuk alas kakinya, menggunakan sepatu pantofel tertutup dengan hak.
- Pria
Menggunakan celana panjang dan jubah, serta topi berbentuk sorban yang diberi ronce melati pada bagian kanannya. Untuk alas kakinya, menggunakan terompah dan selempang.
Sayangnya, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pernikahan dengan adat Pengantin Pegon cukup sulit ditemukan. Sehingga mungkin akan sulit untuk kamu melihatnya secara langsung meskipun kamu menghadiri pernikahan di kota Surabaya sekalipun. Namun, jika kamu berminat untuk menikah dengan adat ini, tidak ada salahnya jika kamu mencoba untuk merundingkannya dengan penata riasmu. Siapa tahu, kamu bisa menghidupkan kembali sebuah tradisi yang hampir terlupakan ini.